MENJALANI HIDUP DENGAN SEDERHANA
By: Wasilatul Fadlilah
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bu Imas Istiani yang saya hormati serta teman-teman
English Stars yang saya sayangi dan saya banggakan. Terlebih dahulu saya
ucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk sedikit
berbagi pengalaman dan bertukar pikiran dengan kalian semua. Di sini saya akan
sedikit mencurahkan apa yang ada dalam pikiran saya.
Teman-teman yang berbahagia,
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kehidupan
seseorang tidak selalu sederhana. Terkadang hidup ini terlalu rumit untuk kita
ikuti alurnya. Namun demikian, kita menjalaninya seperti air yang mengalir.
Mengapa demikian? Karena apapun yang telah, sedang, atau akan kita lakukan
tidak akan merubah perjalanan waktu yang terus berputar tanpa henti. Waktu yang
tidak pernah mengenal kompromi, seperti pepatah arab yang menggambarkan waktu
laksana pedang, di mana jika kita mahir menggunakan dan menjaganya maka kita
akan memetik memanfaatkannya. Sebaliknya jika kita tidak terampil dan tidak
dapat menjaganya dengan baik maka pedang itu bisa membahayakan diri kita
sendiri, dan kala kita membutuhkannya pedang itu tak akan berfungsi apa-apa.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya, hidup ini
sebenarnya sederhana jika kita tahu apa makna kehidupan dan untuk apa kita
hidup. Bukan begitu teman-teman? Hidup adalah sebuah perjalanan singkat untuk
mencari bekal di alam keabadian. Sebagai seorang muslim kita pasti tahu bahwa dalam
kalamnya Allah berfirman “Tidak Ku ciptakan jin dan manusia selain untuk
menyembah-Ku.” Artinya hidup ini sangat sederhana, kita hanya perlu menyembah
Sang Pencipta Jagad Raya.
Dua tahun lalu saya mendapat sebuah sms dari seorang
teman yang isinya demikian “Hidup adalah belajar, belajar bersyukur meski
tak cukup, belajar ikhlas meski tak rela, belajar taat meski berat, belajar
memahami meski tak sehati, belajar sabar meski terbebani, belajar setia meski
tergoda, belajar memberi meski tak seberapa, belajar mengasihi meski disakiti,
belajar tenang meski gelisah, belajar percaya meski susah, belajar, belajar,
dan terus belajar, berjuang, bertaqwa.” Jika waktu itu saya mengabaikan sms
ini, mungkin saya tidak seperti sekarang. Tapi sejak pertama kali membacanya,
saya sangat tertarik dan berjanji pada diri saya sendiri untuk mengamalkannya.
Karena saya berpikir bahwa jika kita terus belajar untuk lebih baik, maka pada
akhirnya kita akan menjadi orang baik meski mungkin prosesnya akan sangat
memakan waktu.
Masih berbicara tentang kehidupan, saya merasakan bahwa
kehidupan saya sekarang jauh lebih baik. Seiring dengan bergulirnya waktu,
bertambahnya usia, pengalaman, dan relasi, seiring dengan perkembangan nalar
dan kedewasaan menuju pribadi yang paripurna, saya merasakan banyak sekali
perubahan positif yang terjadi dalam diri saya. Dalam lamunan saya merasakan
betapa hidup ini indah dan penuh dinamika.
Sewaktu kecil saya sering berpikir betapa malangnya saya,
saya tidak seperti teman-teman saya. Saya merasa tidak ada seorangpun yang
menyayangi saya. Saya bosan di rumah, karena saya selalu di suruh mengerjakan
pekerjaan rumah. Saya tidak boleh bermain sebelum semuanya selesai. Saya sering
dibanding-bandingkan dengan teman-teman saya. Saya sering dimarahi ketika
berbuat kesalahan, saya juga harus berusaha sendiri ketika saya menginginkan
sesuatu. Misalnya: untuk membeli buku atau sesuatu yang saya inginkan, maka
saya harus menabung, kemudian membelinya sendiri. Saya sering merasa iri
melihat teman-teman saya begitu bebas, tidak pernah disuruh membantu orang tua
mereka, dan sangat mudah mendapatkan apa yang mereka mau, mereka cukup meminta
dan orang tua mereka akan membelikannya.
Sebaliknya, ketika di sekolah saya justru merasa
beruntung, dan inilah alasan mengapa saya merasa sangat nyaman dan dekat dengan
guru-guru saya. Di sini saya merasakan betapa guru-guru sangat perhatian kepada
saya, nada bicaranya lembut dan penuh cinta, mengajar dengan tulus, memberikan
kepercayaan, dan lain sebagainya. Inilah yang membuat teman-teman saya iri,
sehingga saya dikucilkan oleh mereka. Tapi saat pelajaran berlangsung atau ada
pekerjaan rumah, atau ada tugas lain, mereka datang dan mengerumuni saya.
Ironis, tapi bagi saya ini adalah kenangan yang tak terlupakan di masa kecil
saya.
Keadaan tidak jauh berbeda ketika saya duduk di bangku
SMP, SMA, bahkan di kampus sekalipun. Saya sering berpikir, mengapa hal ini
menimpa saya? Apakah ada yang salah dengan saya? Awalnya saya sering stress
ketika memikirkan ini, terkadang saya merasa terdlolimi. Tapi, pasti ada alasan
kuat mengapa perjalanan hidup saya seperti ini. Mungkin ada sesuatu hal yang
sampai saat ini belum saya sadari. Entahlah, akhirnya saya putuskan untuk tidak
lagi memikirkan hal itu.
Sejak saat itu saya mulai merubah pola pikir saya. Saya
mulai belajar menghargai diri saya sendiri, mulai belajar menghargai kehidupan
yang saya jalani, mulai belajar mendayagunakan potensi yang telah dianugerahkan
kepada saya. Saya tidak lagi menuruti keinginan saya, saya mulai belajar
berpikir realistis, melakukan apa yang bisa saya lakukan, mempersiapkan langkah
guna meraih asa, cita, dan cinta saya. Saya berusaha memperjuangkan hidup saya,
keinginan dan harapan saya tanpa bergantung pada orang lain.
Saya mulai banyak berubah, dan saya juga merasakan
perubahan respon orang-orang di sekitar saya. Saya simpulkan bahwa sebenarnya
hidup ini sederhana jika kita juga menjalaninya dengan sederhana. Artinya apa
yang terjadi tidak akan jauh berbeda dengan apa yang kita pikirkan. Saya
teringat dengan sebuah kalimat “Apa yang kita lakukan hari ini, bukan
jaminan apa yang akan terjadi di hari esok. Namun apa yang terjadi di hari
esok, tergantung pada apa yang kita lakukan hari ini.” Untuk itu, saya
mengajak kalian untuk menjalani hidup ini dengan sederhana, lakukan apa yang
bisa kita lakukan, aturlah semuanya dengan tepat, optimis, dan senantiasa
berdoa kepada Allah SWT.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Terima kasih atas perhatian
dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan. Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar