Selasa, 23 Juli 2013

Menjalani Hidup dengan Sederhana



MENJALANI HIDUP DENGAN SEDERHANA
By: Wasilatul Fadlilah

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bu Imas Istiani yang saya hormati serta teman-teman English Stars yang saya sayangi dan saya banggakan. Terlebih dahulu saya ucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk sedikit berbagi pengalaman dan bertukar pikiran dengan kalian semua. Di sini saya akan sedikit mencurahkan apa yang ada dalam pikiran saya.
Teman-teman yang berbahagia,
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kehidupan seseorang tidak selalu sederhana. Terkadang hidup ini terlalu rumit untuk kita ikuti alurnya. Namun demikian, kita menjalaninya seperti air yang mengalir. Mengapa demikian? Karena apapun yang telah, sedang, atau akan kita lakukan tidak akan merubah perjalanan waktu yang terus berputar tanpa henti. Waktu yang tidak pernah mengenal kompromi, seperti pepatah arab yang menggambarkan waktu laksana pedang, di mana jika kita mahir menggunakan dan menjaganya maka kita akan memetik memanfaatkannya. Sebaliknya jika kita tidak terampil dan tidak dapat menjaganya dengan baik maka pedang itu bisa membahayakan diri kita sendiri, dan kala kita membutuhkannya pedang itu tak akan berfungsi apa-apa.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya, hidup ini sebenarnya sederhana jika kita tahu apa makna kehidupan dan untuk apa kita hidup. Bukan begitu teman-teman? Hidup adalah sebuah perjalanan singkat untuk mencari bekal di alam keabadian. Sebagai seorang muslim kita pasti tahu bahwa dalam kalamnya Allah berfirman “Tidak Ku ciptakan jin dan manusia selain untuk menyembah-Ku.” Artinya hidup ini sangat sederhana, kita hanya perlu menyembah Sang Pencipta Jagad Raya.
Dua tahun lalu saya mendapat sebuah sms dari seorang teman yang isinya demikian “Hidup adalah belajar, belajar bersyukur meski tak cukup, belajar ikhlas meski tak rela, belajar taat meski berat, belajar memahami meski tak sehati, belajar sabar meski terbebani, belajar setia meski tergoda, belajar memberi meski tak seberapa, belajar mengasihi meski disakiti, belajar tenang meski gelisah, belajar percaya meski susah, belajar, belajar, dan terus belajar, berjuang, bertaqwa.” Jika waktu itu saya mengabaikan sms ini, mungkin saya tidak seperti sekarang. Tapi sejak pertama kali membacanya, saya sangat tertarik dan berjanji pada diri saya sendiri untuk mengamalkannya. Karena saya berpikir bahwa jika kita terus belajar untuk lebih baik, maka pada akhirnya kita akan menjadi orang baik meski mungkin prosesnya akan sangat memakan waktu.
Masih berbicara tentang kehidupan, saya merasakan bahwa kehidupan saya sekarang jauh lebih baik. Seiring dengan bergulirnya waktu, bertambahnya usia, pengalaman, dan relasi, seiring dengan perkembangan nalar dan kedewasaan menuju pribadi yang paripurna, saya merasakan banyak sekali perubahan positif yang terjadi dalam diri saya. Dalam lamunan saya merasakan betapa hidup ini indah dan penuh dinamika.
Sewaktu kecil saya sering berpikir betapa malangnya saya, saya tidak seperti teman-teman saya. Saya merasa tidak ada seorangpun yang menyayangi saya. Saya bosan di rumah, karena saya selalu di suruh mengerjakan pekerjaan rumah. Saya tidak boleh bermain sebelum semuanya selesai. Saya sering dibanding-bandingkan dengan teman-teman saya. Saya sering dimarahi ketika berbuat kesalahan, saya juga harus berusaha sendiri ketika saya menginginkan sesuatu. Misalnya: untuk membeli buku atau sesuatu yang saya inginkan, maka saya harus menabung, kemudian membelinya sendiri. Saya sering merasa iri melihat teman-teman saya begitu bebas, tidak pernah disuruh membantu orang tua mereka, dan sangat mudah mendapatkan apa yang mereka mau, mereka cukup meminta dan orang tua mereka akan membelikannya.
Sebaliknya, ketika di sekolah saya justru merasa beruntung, dan inilah alasan mengapa saya merasa sangat nyaman dan dekat dengan guru-guru saya. Di sini saya merasakan betapa guru-guru sangat perhatian kepada saya, nada bicaranya lembut dan penuh cinta, mengajar dengan tulus, memberikan kepercayaan, dan lain sebagainya. Inilah yang membuat teman-teman saya iri, sehingga saya dikucilkan oleh mereka. Tapi saat pelajaran berlangsung atau ada pekerjaan rumah, atau ada tugas lain, mereka datang dan mengerumuni saya. Ironis, tapi bagi saya ini adalah kenangan yang tak terlupakan di masa kecil saya.
Keadaan tidak jauh berbeda ketika saya duduk di bangku SMP, SMA, bahkan di kampus sekalipun. Saya sering berpikir, mengapa hal ini menimpa saya? Apakah ada yang salah dengan saya? Awalnya saya sering stress ketika memikirkan ini, terkadang saya merasa terdlolimi. Tapi, pasti ada alasan kuat mengapa perjalanan hidup saya seperti ini. Mungkin ada sesuatu hal yang sampai saat ini belum saya sadari. Entahlah, akhirnya saya putuskan untuk tidak lagi memikirkan hal itu.
Sejak saat itu saya mulai merubah pola pikir saya. Saya mulai belajar menghargai diri saya sendiri, mulai belajar menghargai kehidupan yang saya jalani, mulai belajar mendayagunakan potensi yang telah dianugerahkan kepada saya. Saya tidak lagi menuruti keinginan saya, saya mulai belajar berpikir realistis, melakukan apa yang bisa saya lakukan, mempersiapkan langkah guna meraih asa, cita, dan cinta saya. Saya berusaha memperjuangkan hidup saya, keinginan dan harapan saya tanpa bergantung pada orang lain.
Saya mulai banyak berubah, dan saya juga merasakan perubahan respon orang-orang di sekitar saya. Saya simpulkan bahwa sebenarnya hidup ini sederhana jika kita juga menjalaninya dengan sederhana. Artinya apa yang terjadi tidak akan jauh berbeda dengan apa yang kita pikirkan. Saya teringat dengan sebuah kalimat “Apa yang kita lakukan hari ini, bukan jaminan apa yang akan terjadi di hari esok. Namun apa yang terjadi di hari esok, tergantung pada apa yang kita lakukan hari ini.” Untuk itu, saya mengajak kalian untuk menjalani hidup ini dengan sederhana, lakukan apa yang bisa kita lakukan, aturlah semuanya dengan tepat, optimis, dan senantiasa berdoa kepada Allah SWT.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Terima kasih atas perhatian dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar